Senin, 07 Desember 2020

Setiap Amalan Tergantung Kepada Niat


Oleh: ๐Ÿ“š✍️Muhamad Darip Aditia, S. Pd

Kontroversi mengenai ritual tahlilan, mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita sebagai umat muslim, terkhusus yang bermazhab as-Safiiyah dan As-A'riyah, ketika salah satu dari kerabat terdekat kita meninggal selalu diadakan acara tahlilan sebagai iringan do'a dari sanak saudara bagi kerabat yang telah meninggal dengan tujuan meminta hanya kepada Allah Subhanahuwataalaa untuk berdo'a bersama meminta agar almarhum/ah diterima iman Islamnya dan di ampuni segala khilafnya. 

Namun pada sebagian keyakinan umat muslim yang mempunyai keyakinan dan pendapat yang berbeda mengenai ritual tahlilan, mereka menganggap tahlilan merupakan perbuatan bid'ah dolalah karena tidak ada di jaman Rosulullah SAW, memang ritual ini tidak ada di jaman Rosul, namun setiap tindakan ibadah tahlil ini mempunyai landasan dalil sebagai iringan do'a keluarga, tetapi landasan ini pun tetap dibantah oleh sebagian mereka dengan berlandaskan dalil dari Al-Qur'an yang bunyinya:

ูˆَุฃَู†ْ ู„َูŠْุณَ ู„ِู„ุฅู†ْุณَุงู†ِ ุฅِู„ุง ู…َุง ุณَุนَู‰

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm: 39)

Kebenaran dalil ini memang tidak menimbulkan perselisihan bahwasanya setiap orang tidak akan memperoleh sebuah ganjaran sesuatu apapun kecuali dari apa yang ia usahakan, sehingga mereka beranggapan ritual tahlilan merupakan kegiatan yang sia-sia saja, namun Syaikh As Sa'di mengatakan sesungguhnya ayat ini hanya menunjukan bahwa manusia tidaklah mendapatkan manfaat kecuali apa yang telah ia usahakan untuk dirinya sendiri. Ini benar dan tidak ada yang mesti diperdebatkan di dalamnya, akan tetapi ayat di atas tidak memberikan penjelaskan bahwa amalan orang lain tidak mendatangkan kemanfaatan bagi dirinya yaitu ketika orang lain melakukan amalan bagi orang tersebut, sebagaimana pula seseorang memiliki harta yang ia kuasai saat ini, maka hal tersebut tidak melazimkan bahwa dia tidak bisa mendapatkan harta dari orang lain melalui hadiah yang nanti akan menjadi miliknya.

Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW Bersabda:

ุฅِุฐَุง ู…َุงุชَ ุงู„ุฅِู†ْุณَุงู†ُ ุงู†ْู‚َุทَุนَ ุนَู†ْู‡ُ ุนَู…َู„ُู‡ُ ุฅِู„ุงَّ ู…ِู†ْ ุซَู„ุงَุซَุฉٍ ุฅِู„ุงَّ ู…ِู†ْ ุตَุฏَู‚َุฉٍ ุฌَุงุฑِูŠَุฉٍ ุฃَูˆْ ุนِู„ْู…ٍ ูŠُู†ْุชَูَุนُ ุจِู‡ِ ุฃَูˆْ ูˆَู„َุฏٍ ุตَุงู„ِุญٍ ูŠَุฏْุนُูˆ ู„َู‡ُ

“Jika manusia itu mati, maka akan putus amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah,  ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang mendo’akan orang tuanya.” (HR. Muslim: 163)

Sehingga dari hadits di atas kita dapat menarik kesimpulan pada kalimat terakhir yang bermakna "anak shaleh yang mendo'akan orang tuanya", menunjukan akan adanya pahala yang tersampaikan dalam bentuk do'a ataupun shodaqoh harta dan tenaga keluarga serta kerabat yang diniatkan pahalanya bagi yang meninggal.

Begitupun dijelaskan dalam hadits yang bentuknya wasiat Rasulullah SAW kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib KA yang di kutip dari dalam kitab Minhus Saniyah halaman 8 sbb:

Wahai Ali: “Bersedekahlah untuk kerabat-kerabat mu yang mati, sebenarnya Allah memerintah malaikat untuk membawa sedekah orang-orang yang hidup kepada kerabat-kerabatnya yang telah mati, sehingga mereka lebih bahagia di dunia, dan mereka berdo'a: 'Ya Allah ampunilah dosa-dosa orang yang menerangi kuburan kami dan bahagiakanlah ia dengan surgawi ia telah membahagiakan kami ”.

Dikuatkan dengan hadits dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุฅู†َّู…َุง ุงู„ุฃุนู…َุงู„ ุจุงู„ู†ِّูŠَّุงุชِ ูˆุฅِู†َّู…ุง ู„ِูƒُู„ِّ ุงู…ุฑูŠุกٍ ู…ุง ู†َูˆَู‰ ูَู…َู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ุฅู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆุฑَุณُูˆู„ِู‡ِ ูู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ุฅู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆุฑَุณُูˆْู„ِู‡ِ ูˆู…َู†ْ ูƒَุงู†َุชْ ู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ู„ِุฏُู†ْูŠَุง ูŠُุตِูŠْุจُู‡ุง ุฃูˆ ุงู…ุฑุฃุฉٍ ูŠَู†ْูƒِุญُู‡َุง ูู‡ِุฌْุฑَุชُู‡ُ ุฅู„ู‰ ู…ุง ู‡َุงุฌَุฑَ ุฅู„ูŠู‡ِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Maka dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa tahlilan itu merupakan amalan yang diniatkan orang yang masih hidup untuk shodaqoh dan tersampaikan pahalanya kepada ahli kubur mereka yang sudah meninggal, sehingga dapat membahagiakan ahli kubur lebih bahagia daripada kebahagiaan yang mereka dapatkan ketika di dunia, bahkan mereka berbalik mendo'akan.๐Ÿ’ซ

Wallahu A'lam Bimurodihi๐Ÿ™๐Ÿผ

Semoga bermanfaat, aamiin ๐Ÿคฒ๐Ÿฟ

Tag:
Tahlil

Tidak ada komentar:

Do'a Berwudhu

๐Ÿ“šOleh: Muhamad Darip Aditia, S. Pd., M. Pd.    Bacaan Niat Wudhu ู†َูˆَูŠْุชُ ุงู„ْูˆُุถُูˆْุกَ ู„ِุฑَูْุนِ ุงู„ْุญَุฏَุซِ ุงْู„ุงَุตْุบَุฑِ ูَุฑْุถًุง ู„ِู„ّٰู‡ِ ุชَุนَุงู„...