Rabu, 12 Agustus 2020

Self Remainder

Oleh: Muhamad Darip Aditia, S. Pd

Dalam menyusuri bahtera kehidupan di dunia, kadang kita terperangkap dengan kebutuhan hidup, yang membuat kita lupa dengan kebutuhan rohani karena disibukan oleh kebutuhan jasmani, padahal kuatnya jasmani tergantung pada ketegaran jiwa rohani, karena yang merupakan sumber kekuatan hakiki terletak pada jiwa rohani.

Ketika kita melihat seseorang yang berbadan kekar dan berotot kuat, belum tentu rohaninya dalam keadaan tentram, karena dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tak kunjung terpuaskan sehingga hatinya diselimuti oleh kegelisahan yang tidak ada hentinya, sehingga kurang menikmati ketenangan hati.

Andai kita sadari akan ketenangan jiwa rohani terletak pada ibadah kepada sang ilahi Robby, niscaya tidak akan ada satupun orang di dunia ini berkeluh kesah, tapi yang ia rasakan hanyalah ketentraman hati dengan berselimut cinta terhadap ilahi Robby.

 Maka kunci utama mendapatkan ketentraman hati dan jiwa rohani hanya dengan beribadah kepada sang ilahi Robby dengan berdo'a meminta, berusaha yang terbaik, tetap istiqomah dalam ibadah dan tawakal kita kembalikan semua kepada-Nya.

Ada untaian kata sebagai berikut: "Barang siapa orang yang sabar akan takdir buruknya maka akan Allah akan ganti dengan takdir yang baik."

Karena kita sebagai manusia hanya mampu berfikir dan Allah lah yang berkehendak dengan segala takdirnya, cukup kita berusaha maka Allah akan cukupi, sehingga benar adanya perjuangan itu harus disertai dengan do'a.

Dalam firman-Nya Allah ucapkan فصبر جميل (maka bersabarlah yang terbaik), dengan bersabar dan tetap berusaha menyerahkan semuanya hanya kepada Allah SWT dan tak putus kita sandarkan hanya kepada-Nya dalam ibadah, maka jiwa rohani kita pun akan merasakan ketentraman.

Sehingga bukan hanya kita mendapatkan kesehatan jasmani tapi juga mendapatkan kesehatan rohani.

Kunci ketentraman jiwa jasmani dan rohani terletak pada "DUIT"

D = DO'A
U = USAHA
I  = ISTIQOMAH
T = TAWAKAL

Semoga kita tergolong kepada orang yang menjaga ibadah kepada-Nya, selalu berdo'a, usaha dan Istiqomah mengembalikan semua do'a dan usaha kita hanya kepada-Nya sehingga kita mendapatkan ketentraman jasmani dan rohani, aamiin🤲🏿

Semoga bermanfaat🙏🏼

Selasa, 11 Agustus 2020

Tetap bersyukur dan terus berusaha

Oleh: Muhamad Darip Aditia, S. Pd
(Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam 45 Bekasi)

Dalam untaian do'anya Rasulullah SAW sesekali menyelipkan kalimat,
اللّٰهُمَّ اجْعَلْنِيْ عَبْدًا فَقِيْرًا
Yang artinya kurang lebih sebagai berikut: "yaa Allah jadikanlah aku hamba yang fakir". Dalam do'a tersebut Rasulullah SAW secara tidak langsung memberikan gambaran kepada umatnya untuk tetap bersyukur dalam kondisi seperti apapun keadaannya dan senantiasa hidup dalam kesederhanaan, walaupun Rasulullah SAW merupakan hamba pilihan Allah SWT, dengan segala permintaannya pasti dikabulkan oleh-Nya, tapi Rasulullah SAW memberikan pelajaran kepada umatnya untuk tidak hanya selalu meminta tapi tetap selalu berusaha yang terbaik dalam beragama ataupun beribadah kepada-Nya, karena dengan selalu memperbaiki dan meningkatkan taraf ibadah kita kepada-Nya niscaya tanpa diminta, Allah SWT pasti berikan nikmat kepada hamba-Nya, karena Allah SWT selalu memberikan apa yang hamba-Nya butuhkan dan perlukan bukan memberikan apa yang hamba-Nya inginkan, karena Allah SWT yang lebih tahu dengan kondisi hamba-Nya, tetap selalu berkhusnuzon terhadap takdir yang telah Allah SWT takdirkan, jangan sekali-kali su'uzon atas pemberian-Nya, sebagaimana dalam surah An-Nur ayat 32 Allah SWT memberikan janji kecukupan yang pasti sebagai berikut:
إِنْ يَكُوْنُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِه
Yang artinya: "Jika Meraka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya".
Maka jelas dan pasti harus kita yakini akan janji-Nya, namun jangan lupa akan ayat lanjutannya sebagai berikut:
وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Yang artinya: "Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui".
Maka Allah SWT yang maha mengetahui dari apa-apa yang hamba-Nya butuhkan dan Allah SWT berikan kecukupan, bukan selalu memberikan apa-apa yang hamba-Nya inginkan.
Dari penjelasan di atas terpapar dengan jelas bahwasanya kita diajak untuk senantiasa bersyukur akan segala nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kita, sampai nikmat terkecilpun, dalam hadist an Nu'man bin Basyir, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ القَلِيْلَ لَمْ يَشْكُرِ الكَثِيْرَ
Yang artinya: "Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak". (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Bani mengatakan bahwa hadits ini Hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Sholihah no. 667).
Sehingga dengan syukur Allah SWT akan menjanjikan balasan yang luar biasa sebagaimana yang disampaikan dalam Al-Qur'an surah Ibrahim ayat 7 sebagai berikut:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ
Yang artinya: "Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, "Sesungguhnya jika kalian bersyukur ( atas nikmat-Ku), pasti kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih."
Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang pintar dalam bersyukur, karena kita sebagai hamba hanya manusia yang bisa berusaha dan untuk hasil, maka takdir Allah SWT yang menentukan,
الإِنْسَانُ فِيْ التَفْكِيْرِ وَ اللّٰهُ فِيْ التَقْدِيْرِ

Wallahua'lam bisshowab🙏🏼🙏🏼🙏🏼

Rabu, 05 Agustus 2020

Ibadah? Ya mesti seimbang

Harus adanya keseimbangan dalam beribadah
✍🏿Oleh: Muhammad Darip Aditia, S. Pd
(Mahasiswa Pascasarjana MPAI UNISMA "45" Bekasi

Dari hadits di atas yang artinya: Dalam hadits shahih dari Rasulullah Saw "Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya Allah SWT telah mengampuni dosa seorang pelacur dengan sebab memberikan minum seekor anjing dan Allah SWT telah mengazab seorang wanita Sholihah dalam perkara telah mengurung seekor kucing sehingga mati dalam keadaan lapar dan haus".
Dari hadits diatas mengandung makna bahwasanya perkara hina namun akan menghasilkan kemuliaan dan perkara yang kita anggap sepele akan menghasilkan kehinaan. Dan dari hadits di atas juga mengingatkan kita bahwasanya ampunan Allah SWT sangatlah begitu luas. Maka janganlah sesekali kita remehkan hal yang kita anggap sepele yang akan menghasilkan kemuliaan dan janganlah kita sepelekan terhadap perkara remeh yang akan menghasilkan kehinaan. Perlu kita ingat bahwa yang dapat menjamin kita masuk surganya Allah SWT bukanlah diukur dari banyaknya kita ibadah namun diukur dari kualitas taqwanya kita kepada Allah SWT, karena nyatanya manusia sama saja disisi Allah SWT tidak lebih gelarnya hanya seorang hamba, namun yang membedakan mereka disisi Allah SWT ialah kualitas taqwanya, dengan menyandang gelar abdullah.  Maka dari itu apa yang pantas kita sombongkan dengan amalan kita? Tentu tidak ada, sungguh nyatanya Allah SWT tidaklah membutuhkan bentuk kuantitasnya ibadah seorang hamba, namun yang Allah harapkan adalah bentuk kualitasnya ibadah. Dalam suatu perkumpulan Rasulullah Saw pernah bertanya kepada para sahabatnya tentang definisi rugi dan ada salah seorang sahabat yang mendefinisikan rugi itu, apabila seorang pendagang yang mana dari hasil perdagangannya tidak mendapatkan keuntungan, namun kata Rasulullah Saw definisi rugi disini ialah banyaknya amalan ibadah yang dilakukan seorang hamba ketika di dunia namun habis pahala amalannya ketika di akhirat akibat untuk menebus perbuatan dzolimnya ketika di dunia.
Maka konteks hadits di atas bahwasanya yang harus kita benahi saat ini adalah harus adanya keseimbangan antara kuantitas serta kualitas ibadah kita, karena banyak manusia di akhir jaman ini hanya menunjukkan kuantitas ibadahnya namun kualitas ibadahnya mereka tinggalkan, karena yang mereka anggap akhirat yang mereka kejar namun nyatanya dunia yang mereka harapkan,

@self remainder
kutipan kitab Majalisut Tsaaniyyah Lil Imam As Syekh Ahmad ibn As Syekh Hizajii Al-Fasyani Syarah Hadits Arba'in An-Nawawi hlm. 49

Langkah Awal

Assalamu'alaikum wr. wb.
Salam sejahtera buat teman-teman blogger dimanapun berada, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT, saya sebagai penulis awal blogger, istilahnya kalau dalam dunia gammer, kualitasnya masih newbie, belum tahu langkah apa yang harus dilakukan ketika ingin membuat tulisan di blog, maka saya memutuskan untuk mengikuti pembelajaran khusus belajar menulis di blog bersama om Jay, setelah mengikuti pembelajaranpun saya masih mengalami kesulitan untuk melangkah di blog, istilah orang awam, saya ini masih orang pedalaman yang ketika di tempatkan di sebuah kota masih linglung harus melangkah ke mana, namun saya tidak kehabisan cara untuk melanjutkan langkah saya, ada pribahasa mengatakan malu bertanya sesat di jalan, maka saya pun memutuskan untuk menanyakan kemana langkah saya selanjutnya kepada om Jay selaku blogger terkenal khususnya di Indonesia ini, saya bersyukur bisa mengenal om Jay, selain Sholeh, beliau sangat murah hati di dalam berbagi ilmu tentang dunia tulis menulis, andai di Indonesia ada 10 orang semaca om Jay saya yakin Indonesia akan di goncangkan dalam kancah tulis menulis, ini baru satu om Jay saja Indonesia mengalami banyak perubahan, terkhususnya saya yang awalnya belum tau, istilahnya sangat awam dengan dunia menulis dalam blog tapi beliau tekun dan ulet bahkan sabar dalam membimbing saya untuk bisa menulis di blog, trimakasih banyak om Jay atas ilmu yangvtelah di berikan, semoga menjadinladang ibadah om Jay sekeluarga, sebagai ilmu yang bermanfaat dunia akhirat, yang akan menjadi hijab api neraka dan pembuka pintu surga buat om Jay sekeluarga, aamiin

Do'a Berwudhu

📚Oleh: Muhamad Darip Aditia, S. Pd., M. Pd.    Bacaan Niat Wudhu نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَصْغَرِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَال...