Rabu, 05 Agustus 2020

Ibadah? Ya mesti seimbang

Harus adanya keseimbangan dalam beribadah
✍๐ŸฟOleh: Muhammad Darip Aditia, S. Pd
(Mahasiswa Pascasarjana MPAI UNISMA "45" Bekasi

Dari hadits di atas yang artinya: Dalam hadits shahih dari Rasulullah Saw "Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya Allah SWT telah mengampuni dosa seorang pelacur dengan sebab memberikan minum seekor anjing dan Allah SWT telah mengazab seorang wanita Sholihah dalam perkara telah mengurung seekor kucing sehingga mati dalam keadaan lapar dan haus".
Dari hadits diatas mengandung makna bahwasanya perkara hina namun akan menghasilkan kemuliaan dan perkara yang kita anggap sepele akan menghasilkan kehinaan. Dan dari hadits di atas juga mengingatkan kita bahwasanya ampunan Allah SWT sangatlah begitu luas. Maka janganlah sesekali kita remehkan hal yang kita anggap sepele yang akan menghasilkan kemuliaan dan janganlah kita sepelekan terhadap perkara remeh yang akan menghasilkan kehinaan. Perlu kita ingat bahwa yang dapat menjamin kita masuk surganya Allah SWT bukanlah diukur dari banyaknya kita ibadah namun diukur dari kualitas taqwanya kita kepada Allah SWT, karena nyatanya manusia sama saja disisi Allah SWT tidak lebih gelarnya hanya seorang hamba, namun yang membedakan mereka disisi Allah SWT ialah kualitas taqwanya, dengan menyandang gelar abdullah.  Maka dari itu apa yang pantas kita sombongkan dengan amalan kita? Tentu tidak ada, sungguh nyatanya Allah SWT tidaklah membutuhkan bentuk kuantitasnya ibadah seorang hamba, namun yang Allah harapkan adalah bentuk kualitasnya ibadah. Dalam suatu perkumpulan Rasulullah Saw pernah bertanya kepada para sahabatnya tentang definisi rugi dan ada salah seorang sahabat yang mendefinisikan rugi itu, apabila seorang pendagang yang mana dari hasil perdagangannya tidak mendapatkan keuntungan, namun kata Rasulullah Saw definisi rugi disini ialah banyaknya amalan ibadah yang dilakukan seorang hamba ketika di dunia namun habis pahala amalannya ketika di akhirat akibat untuk menebus perbuatan dzolimnya ketika di dunia.
Maka konteks hadits di atas bahwasanya yang harus kita benahi saat ini adalah harus adanya keseimbangan antara kuantitas serta kualitas ibadah kita, karena banyak manusia di akhir jaman ini hanya menunjukkan kuantitas ibadahnya namun kualitas ibadahnya mereka tinggalkan, karena yang mereka anggap akhirat yang mereka kejar namun nyatanya dunia yang mereka harapkan,

@self remainder
kutipan kitab Majalisut Tsaaniyyah Lil Imam As Syekh Ahmad ibn As Syekh Hizajii Al-Fasyani Syarah Hadits Arba'in An-Nawawi hlm. 49

10 komentar:

Muhammad Darif Al-Bakasi mengatakan...

Terimakasih☺️๐Ÿ™๐Ÿผ

JOEBLOG mengatakan...

Bagus pak

Muhammad Darif Al-Bakasi mengatakan...

Terimakasih banyak pak☺️

Bahrudin mengatakan...

Fatwanya bagus pak

Muhammad Darif Al-Bakasi mengatakan...

Terimakasih pak, mohon masukannya๐Ÿ™๐Ÿผ

Unknown mengatakan...

Maasyaallah tabarakallah..pembahasan yang bagus pak ustadz

Muhamad Yasir, S.Pd mengatakan...

Kereeeen pak,๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘

Muhammad Darif Al-Bakasi mengatakan...

Syukran, mabruk lak๐Ÿ™๐Ÿผ

Muhammad Darif Al-Bakasi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Muhammad Darif Al-Bakasi mengatakan...

Syukran

Do'a Berwudhu

๐Ÿ“šOleh: Muhamad Darip Aditia, S. Pd., M. Pd.    Bacaan Niat Wudhu ู†َูˆَูŠْุชُ ุงู„ْูˆُุถُูˆْุกَ ู„ِุฑَูْุนِ ุงู„ْุญَุฏَุซِ ุงْู„ุงَุตْุบَุฑِ ูَุฑْุถًุง ู„ِู„ّٰู‡ِ ุชَุนَุงู„...